Konflik Syiah-Sunni di Sampang Sudah Berlangsung Sejak 2007

New Script

Perbedaan pandangan keagamaan Sunni versus Syiah di Madura yang berujung pada pembakaran pesantren Syiah di Sampang seharusnya tak perlu terjadi. Apalagi perbedaan pandangan tersebut sudah berjalan lama. 

"Sungguh sangat disesalkan terjadinya kekerasan di Kecamatan Karang Penang, Sampang yang seharusnya bisa diantisipasi oleh pemerintah Kabupaten," ujar anggota DPR fraksi PDI Perjuangan asal Madura, Said Abdullah kepada okezone, Sabtu (31/12/2011).

Menurutnya, persoalan perbedaan faham sudah berlangsung selama empat tahun sejak 2007 dan setiap terjadi letupan Pemkab hanya berfungsi sebagai pemadam saja. “Tidak pernah dicarikan win win solution bagi kedua belah pihak," tegasnya.

Keberagaman di Madura, lanjut Said, sudah terpupuk lama dan tidak ada sejarahnya lantaran perbedaan paham ataupun agama berujung pada tindakan anarkis. "Karena bagaimanapun tingkat moderasi paham keagamaan sudah mengakar dan begitu tinggi bagi masyarakat Madura. Jangankan berbeda faham, berbeda agama saja belum ada sejarahnya ada letupan sektarian di Madura apalagi perbedaan paham Sunni dan Syiah," tegasnya.

Said berharap para elit serta tokoh agama dapat menjaga kerukunan agama yang telah lama terpupuk.

"Saya berharap agar para elit agama dan keagamaan agar tetap berperan di depan menjaga kerukunan ummat karena peranan kiai sangat sentral dan jangan berharap banyak bagi pemkab yang hanya sibuk dengan dirinya sendiri," tambahnya.

Kata dia, aparat kepolisian harus menindak tegas para pelaku agar tidak terulang kembali.

"Dan kepada aparat hendaknya para pelaku diproses secara hukum untuk memberikan efek jera agar kejadian seperti ini tidak boleh muncul lagi di kemudian hari," pungkasnya.

Senada hal itu, Politikus Partai Demokrat asal Sumenep Madura, Achsanul Qosasi menegaskan tindakan warga terkait pembakaran pesantren beraliran Syiah di Sampang tak bisa dibenarkan. 

"Apapun alasannya pembakaran itu tdk dibenarkan," ujar Achsanul kepada okezone.

Achsanul berharap peristiwa tersebut tak ada hubungannya dengan politisasi pesantren. Sebagaimana diketahui, lanjut dia, pembangunan lembaga pendidikan tradisional tertua di Indonesia itu tidak mudah. "Semoga kejadian tersebut tidak terkait dengan politisasi pesantren. Kita semua tahu bahwa pesantren itu dibangun dengan susah payah, dengan waktu yang lama," jelasnya. 

Achsanul menegaskan akan terjun langsung menelusuri tentang peristiwa yang diduga akibat perbedaan paham antara Sunni versus Syiah. 










(sumber : Okezone News)

0 komentar:

cerdas tanpa batas

Curious Science . Diberdayakan oleh Blogger.
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More
Thanks to Business Opportunity, Highest CD Rates and Registry Software