You Rule Your World
Posted by Ainur Ridho
on 6/02/2012 05:25:00 PM
If you know how to use numbers in making everyday decisions, you rule your world. (Kaiser Fung – Number s Rule Your World)
Adakah aktifitas kehidupan kita yang tidak terpengaruhi oleh angka ? Tidak ada, semua aktifitas kehidupan kita selalu dipengaruhi oleh angka, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kehidupan kita dibatasi oleh usia dan waktu yang diukur dalam angka. Kehidupan yang bahagia dan ideal mulai dari kekayaan hingga bentuk fisik tubuh seringkali dikaitkan dengan angka. Kesuksesan di bidang akademis tak luput dari angka-angka. Pertumbuhan ekonomi suatu negara tak lepas dari ukuran angka-angka. Bahkan dalam beribadah kepada Tuhan pun kita tak bisa melepaskan peran angka-angka. Angka telah mempengaruhi kehidupan manusia mulai dari yang sifatnya ilmiah, religius bahkan hingga mistis.
Pesona angka memang sangat luar biasa. Kemampuan berhitung angka dengan cepat mengindikasikan sebagai salah satu bentuk kejeniusan. Orang-orang yang berbicara dengan angka-angka tampak memiliki intelektualitas yang baik. Kebohongan akan tampak menjadi sebuah kebenaran yang ilmiah apabila dibarengi dengan angka-angka yang memukau. Bahkan sesuatu yang tidak rasional pun bisa diubah menjadi rasional melalui angka-angka. Angka tidak pernah luput jadi bumbu penyedap yang amat lezat dalam pembicaraan mulai dari anak TK hingga mahasiswa doktoral, dari guru SD hingga Professor, dari penjudi hingga peneliti, dan dari rohaniawan hingga paranormal. Ada dua bahasan penting yang tak dapat dilepaskan dengan angka yaitu mistik dan statistik. Tak jarang pula kedua bidang ini bisa bersinergi. Mistik dapat berubah menjadi statistik, demikian pula sebaliknya. Semuanya tergantung dari cara berpikir orang yang menggunakannya.
Mistifikasi Angka
Mistifikasi Angka
Semua kebudayaan di dunia memiliki kepercayaan terhadap angka-angka. Beberapa diantaranya adalah kepercayaan mengenai angka 13 dan 666 di kebudayaan Barat dan angka 4 kebudayaan Timur. Kepercayaan terhadap angka-angka tersebut ternyata masih sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia masa kini. Lihat saja kursi-kursi di pesawat terbang dan gedung-gedung bertingkat. Kita tidak akan pernah menjumpai penggunaan angka 13 disana. Angka 13 yang muncul pertama kali dari ajaran kuno Kabbala ini dianggap membawa kesialan oleh karena itu harus dihindari.
Begitu juga dengan angka 666. Angka ini selalu diidentikan dengan keburukan dan satanisme. Dalam kebudayaan China, angka 4 dipercaya merupakan angka sial karena dalam bahasa China, angka ini berarti kematian. Di Indonesia, beberapa waktu lalu, di mailing list dan blog muncul tulisan yang mencoba menghubung-hubungkan angka 26 dengan sebagian besar musibah yang terjadi di Indonesia. Mistik sudah mirip seperti statistik. Angka-angka di atas dicoba dihubung-hubungkan dengan suatu kejadian buruk. Lebih parahnya lagi tumbuh keyakinan bahwa angka –angka tersebut yang menyebabkan terjadinya suatu kejadian buruk. Sungguh suatu pembodohan yang luar biasa. Mistifikasi angka-angka telah meracuni kehidupan manusia. Sesuatu yang irrasional pun terlihat menjadi menarik karena dibumbui oleh angka-angka.
Cara Berfikir Statistik
Statistik telah menjadi perangkat yang penting di semua bidang ilmu pengetahuan. Berita-berita yang kita lihat di media cetak dan elektronik hampir semuanya adalah angka-angka statistik, baik yang sifatnya deskriptif maupun inferensial. Pendapatan per kapita, persentase kemiskinan, indeks harga saham, hasil survey dan polling, tingkat pengangguran, ramalan cuaca dsb semuanya adalah angka-angka statistik. Seberapa penting kah angka-angka tersebut? Statistik jelas bermanfaat bagi kehidupan manusia. Suatu permasalahan akan dapat dengan mudah dijelaskan dan diprediksi dengan memanfaatkan angka-angka karena terukur dengan jelas. Namun demikian tidak semua permasalahan dapat dikuantifikasi, dijelaskan dan diprediksi hanya dengan angka-angka statistik dan probailitas semata.
Statistik identik dengan metode ilmiah. Orang yang berbicara dengan angka-angka statistik terlihat lebih ilmiah dibandingkan dengan yang tidak menggunakannya. Dalam ilmu ekonomi, banyak ekonom yang memuja angka-angka statistik. Kehidupan manusia yang kompleks dengan berbagai pola perilaku dan aspek sosial yang menaunginya semuanya dianggap dapat tergambarkan dalam distribusi normal. Angka-angka statistik pun tak jarang digunakan untuk mengilmiahkan suatu kebohongan. Angka dan statistik jelas tidak bersalah, tetapi orang yang menggunakan dan menyusunnya yang bermasalah. Orang-orang seperti ini jelas telah melakukan apa yang disebut oleh Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya yang fenomenal berjudul Black Swan sebagai kecurangan intelektual yang luar biasa melalui statistik.
Berbeda dengan Nassim Nicholas Thaleb yang mengkritisi cara berfikir statistik, Kaiser Fung yang berprofesi sebagai statistikawan professional dalam bukunya yang berjudul Numbers Rule Your World mencoba memberikan pemahaman yang benar mengenai “cara berfikir statistik”. Ada lima pemikiran penting yang dikemukakan oleh Fung, namun demikian dari semua pemikiran tersebut ada satu pemikiran yang patut dikritisi. Berikut ini adalah cara berfikir statistik yang benar menurut Fung.
Jangan percaya angka rata-rata. Salah satu tema penting yang dibahas adalah penyalahgunaan angka rata-rata. Selama ini orang selalu terpesona dengan angka rata-rata. Padahal, penggunaan angka ini, apalagi untuk kehidupan sosial jelas akan menjadi pernyataan yang menyesatkan jika tidak mempertimbangkan variabilitas dari angka tersebut. Angka rata-rata sama sekali tak bermakna apa-apa jika tidak disandingkan dengan variabilitasnya. Sebagai contoh. Perhitungan GNP yang diukur berdasarkan jumlah rata-rata barang dan jasa yang diproduksi jelas akan bias jika variabilitasnya tidak diketahui. Jumlah rata-rata mengasumsikan produksi setiap orang adalah sama, padahal dalam realitasnya tidak demikian.
Korelasi berbeda dengan kausasi. Kesalahan cara berpikir lainnya dalam statistik adalah menyamakan korelasi dengan penyebab. Sebagian akademisi ada yang secara gegabah menyimpulkan suatu kondisi menyebabkan kondisi lainnya karena adanya korelasi. Dalam korelasi kita tidak dapat mengetahui mana yang menentukan dan mana yang ditentukan. Perubahan lingkar leher memiliki korelasi dengan perubahan lingkar pinggang, tetapi kita tidak dapat mengatakan bahwa perubahan lingkar leher menyebabkan perubahan lingkar pinggang atau sebaliknya.
Korelasi berbeda dengan kausasi. Kesalahan cara berpikir lainnya dalam statistik adalah menyamakan korelasi dengan penyebab. Sebagian akademisi ada yang secara gegabah menyimpulkan suatu kondisi menyebabkan kondisi lainnya karena adanya korelasi. Dalam korelasi kita tidak dapat mengetahui mana yang menentukan dan mana yang ditentukan. Perubahan lingkar leher memiliki korelasi dengan perubahan lingkar pinggang, tetapi kita tidak dapat mengatakan bahwa perubahan lingkar leher menyebabkan perubahan lingkar pinggang atau sebaliknya.
Penggabungan (agregasi) dua kelompok yang berbeda itu tidak bermanfaat. Jika ada dua kelompok mahasiswa pria dan wanita yang mengikuti test TOEFL, kemudian dari hasil test tersebut diperoleh nilai rata-rata mahasiswa pria adalah 550 dan wanita adalah 560. Melakukan agregasi atas nilai rata-rata mahasiswa pria dan wanita sangat tidak tepat. Karakteristik kedua kelompok tersebut jelas berbeda. Ketika terjadi perbadaan dalam kelompok seperti jenis kelamin, penghasilan, geografis, dsb , biarkanlah perbedaan itu tetap terjadi.
Perhatikan sampel dalam pengambilan keputusan. Pada statistik inferensi dikenal ada dua tipe kesalahan yaitu kesalahan dalam menyimpulkan adanya perbedaan, padahal sesungguhnya tidak ada perbedaan (kesalahan tipe 1) dan kesalahan dalam menyimpulkan tidak adanya perbedaan, padahal sesungguhnya ada perbedaan (kesalahan tipe 2). Pengambilan keputusan yang tidak memperhatikan jumlah sampel yang dipergunakan akan mengakibatkan kesalahan dalam melakukan generalisasi terhadap suatu permasalahan.
Perhatikan sampel dalam pengambilan keputusan. Pada statistik inferensi dikenal ada dua tipe kesalahan yaitu kesalahan dalam menyimpulkan adanya perbedaan, padahal sesungguhnya tidak ada perbedaan (kesalahan tipe 1) dan kesalahan dalam menyimpulkan tidak adanya perbedaan, padahal sesungguhnya ada perbedaan (kesalahan tipe 2). Pengambilan keputusan yang tidak memperhatikan jumlah sampel yang dipergunakan akan mengakibatkan kesalahan dalam melakukan generalisasi terhadap suatu permasalahan.
Jangan terlalu percaya atas sesuatu yang jarang terjadi. Pola pikir statistik adalah pola pikir distribusi normal. Hampir sebagian besar permasalahan dapat diprediksi dengan menggunakan pola tersebut. Distribusi normal juga menyebabkan kita harus mengenyampingkan sesuatu yang bersifat outlier dan unpredictable.
Dari kelima pemikiran Fung di atas, yang patut dikritisi adalah pemikirannya yang terakhir. Pola pikir distribusi normal inilah yang sebenarnya dikritik keras oleh Nassim Nicholas Taleb. Banyak hal-hal yang terjadi di dalam kehidupan justru berasal dari sesuatu yang sebelumnya tak dapat diprediksi dengan Baik. Thaleb mencontohkan kejadian terorisme September 2001, dan Novel Harry Potter yang menjadi best-seller. Lebih jauh lagi, pemikiran statistik yang terlalu fokus kepada distribusi normal sebenarnya telah mengenyampingkan peran Tuhan di dunia ini. Tidak semua permasalahan di dunia ini dapat diprediksi dengan baik dan dirasionalkan. Kejadian-kejadian yang outlier dan unpredictable bisa saja terjadi dan justru memiliki peluang besar mengubah dunia. Hukum pareto juga bisa digunakan untuk mendukung pernyataan ini. Sesuatu yang kecil itu justru mempengaruhi yang besar. Mempercayai sesuatu yang outlier ataupun unpredictable tidak berarti membuat statistik menjadi seperti mistik. Bahkan terlalu mengagungkan pemikiran distribusi normal itu yang dapat membuat statistik menjadi mistik. Jadi jangan pernah mengenyampingkan sesuatu yang kecil dan jarang terjadi, karena sesungguhnya kejadian seperti itulah yang justru memiliki pengaruh yang amat besar bagi kehidupan.
0 komentar:
Posting Komentar