Hari Bumi Umat Islam
Posted by Ainur Ridho
on 10/07/2012 10:27:00 AM
Dahwul Ardh, Hari Bumi Umat Islam
Allah swt berfirman berkenaan tentang Dahwul Ardh dalam surah An-Nâzi’ât ayat 30:
“Dan ketika bumi dihamparkanNya.”
“Dan ketika bumi dihamparkanNya.”
surah al-Ghasiyyah ayat 20:
"Dan tentang bumi bagaimana dihamparkan?"
25 Dzulqa’dah (bertepatan dengan 11 Oktober 2012) merupakan hari “Dahwul Ardh”. Menurut sebuah riwayat dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi Muhammad saw., hari itu merupakan hari di mana bumi dihamparkan atau dibentangkan bagi maslahat umat manusia. Kominasi “Dahwul Ardh” secara bahasa berarti “Dibentangkannya Bumi”. Dalam riwayat lain dikabarkan bahwa rahmat dan berkah pertama kali turun pada hari itu.
Karenanya hari ini merupakan hari khusus. Menurut sebuah riwayat Nabi saw., barang siapa yang berpuasa pada hari itu maka puasanya senilai dengan berpuasa 70 tahun. Dengan mengetahui keutamaan tersebut, akankah kita membatasi perayaan ini hanya dengan berpuasa dan menunjukkan kebahagiaan, ataukah perjuangan kita harus lebih dari itu? Tentu hal ini akan bergantung kepada visi kita tentang hari penting ini, dan untuk memahami dengan benar tentang pentingnya hari ini, kita harus mengenal bumi lebih baik.
Bagaimana Dahwul Ardh bisa sesuai pada masa kini dan bagaimana seharusnya kita merayakannya?
Islam tidak turun untuk waktu dan orang-orang tertentu. Hukum dan pengajarannya berlaku pada setiap masa. Kita harus menyadari keyakinan utama ini dan melihat universalitas ajaran agama. Hari Dahwul Ardh yang Nabi dan para imam sebutkan dalam riwayat bukanlah hari perayaan pada masa mereka saja. Tapi merupakan hari yang dirayakan pada setiap zaman dan tempat. Masalah yang bumi hadapi pada masanya mungkin berbeda dengan masalah yang bumi hadapi saat ini. Tapi keduanya (mereka dan kita) hidup di bumi yang sama.
Islam tidak turun untuk waktu dan orang-orang tertentu. Hukum dan pengajarannya berlaku pada setiap masa. Kita harus menyadari keyakinan utama ini dan melihat universalitas ajaran agama. Hari Dahwul Ardh yang Nabi dan para imam sebutkan dalam riwayat bukanlah hari perayaan pada masa mereka saja. Tapi merupakan hari yang dirayakan pada setiap zaman dan tempat. Masalah yang bumi hadapi pada masanya mungkin berbeda dengan masalah yang bumi hadapi saat ini. Tapi keduanya (mereka dan kita) hidup di bumi yang sama.
Tugas kita setiap saat, ketika hari bumi Islam ini dirayakan, harus mengingatkan kita pada pemberian kasih-sayang Tuhan, alasan mengapa bumi diciptakan, apakah sudah dimanfaatkan sebagaimana tujuan penciptaannya, krisis yang dihadapinya saat ini, perbaikan atas berbagai krisis, dan seterusnya. Hal itu akan benar-benar menjadi sebuah perayaan akan kepedulian dan keyakinan yang sesungguhnya, dan sebuah perayaan akan rasa syukur kepada Sang Pencipta yang menciptakan bumi untuk kebaikan manusia.
Seseorang harus mencoba untuk “berpuasa” yang sesungguhnya dengan memastikan setiap anggota tubuh juga berpuasa. Dia juga harus merasakan sakitnya orang yang kelaparan dan memikirkan tentang sebab mengapa harus ada golongan di bumi ini yang kelaparan ketika negara dengan ekonomi besar membuang makanan mereka setiap tahun untuk menjaga nilai mata uangnya. Demikian juga doa harus dibaca dengan tulus dan sungguh-sungguh. Ritual mulia ini merupakan elemen penting agar manusia lebih dekat kepada Penciptanya.
Tapi di samping semua itu, kita harus mencoba untuk memahami permasalahan bumi saat ini dan berkontribusi apapun yang kita bisa di hari penting ini. Kontribusi kita dapat berbagai bentuk. Beberapa contohnya adalah hal berikut ini:
- Menulis pemikiran di artikel untuk majalah-berita dan memberitahukan masyarakat tentang krisis yang diciptakan manusia di bumi yang fana ini.
- Mendidik masyarakat dengan metode mereduksi masalah yang terdiri atas praktik isyarat bahaya yang menanti manusia.
- Mempraktikkan apa yang bisa kita ajarkan pada masyarakat tentang bahaya yang dihadapi bumi.
- Membuat keputusan tegas dan menyelesaikan masalah dalam memanfaatkan bumi untuk kebaikan dan menjamin alam selanjutnya selamanya.
Kita berdoa kepada Allah swt. agar kita dapat memanfaatkan bumi ini sebagaimana tujuan penciptaannya dan kita memohon dengan sungguh-sungguh kepadaNya untuk mencabut rasa tidak pernah puas pengaruh para pedagang kapitalisme dunia yang serakah, yang karena mereka bumi ini mengalami krisis besar.
dikutip dari http://ejajufri.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar